PEMBUATAN TAWAS ALUMUNIUM DAN PENGUJIAN TAWAS
PEMBUATAN
TAWAS ALUMUNIUM
I. TUJUAN
-Untuk
mengetahui proses pembuatan tawas aluminium dalam laboratorium.
-Untuk
mengetahui proses sintesis tawas aluminium dalam industri.
-Untuk
mengetahui manfaat dari penggunaan tawas aluminium.
II. DASAR TEORI
Lingkungan
hidup adalah semua benda yang hidup (biotik) dan yang tidak hidup (abiotik)
serta kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati. Antara manusia dan
lingkungan terdapat hu ungan timbal balik, manusia mempengaruhi lingkungannya
begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan tercemar maka manusia akan merasakan
dampaknya. Persoalan lingkungan yang ada hampir selalu ditimbulkan oleh ulah
manusia dan kegiatan produksi yang dilakukannya. Kedua aktivitas ini merupakan
sumber pencemaran lingkungan karena menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan
yang berbahaya yang tidak dapat di daur ulang (Nurhasmawaty, 2004).
Kegiatan
produksi selain menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi juga
menghasilkan limbah, berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah-limbah
tersebut akan menyebabkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran air,
pencemaran udara, dan pencemaran tanah.
Pencemaran
tanah dapat terjadi akibat penggunaan pupuk secara berlebihan, penggunaan
pestisida dan pembuangan limbah yang tidak dapat terurai. Saat ini banyak
dijumpai limbah yang tidak dapat diurai seperti plastik, karet, kaleng, dan
botol, karena manusia cenderung menginginkan kemudahan dan keindahan dalam
hidupnya. Botol minuman dibuat dari kaleng dan plastik agar ringan dan tidak
pecah bila terjatuh. Menjinjing makanan lebih menarik dan bersih dengan kantong
plastik daripada dibungkus dengan daun pisang atau daun jati. Penggantian
bahan-bahan tersebut dari segi ekonomi lebih menguntungkan tetapi jika dilihat
dari dampak lingkungan hal tersebut merugikan karena akan menambah jumlah
limbah yang tidak dapat diurai. Akibatnya pencemaran lingkungan semakin
bertambah (Tejoyuwono, 2006).
Limbah
merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia karena setiap aktifitas
manusia cenderung menghasilkan limbah atau buangan. Jumlah/volume sampah
sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap
barang/material yang digunakan
sehari-hari. Salah satu limbah yang banyak ditemukan di lingkungan adalah
limbah kaleng. Jika disebutkan satu per satu banyak sekali limbah kaleng yang
dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Proses daur ulang akan menghemat
energi dan eksploitasi sumber daya alam sekaligus mengurangi timbunan sampah di
TPA (Pahlano, 2007).
Selain
untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan timbunan sampah di TPA, proses daur
ulang juga dapat menambah nilai ekonomis dari limbah kaleng terutama recovery dari
logam-logam seperti aluminium, seng, timah, atau besi. Dugaan kuat bahwa
beberapa kaleng bekas mengandung aluminium dengan kadar yang bervariasi,
mengingat aluminium mempunyai sifat tahan korosi, ringan dan mudah di dapat
sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan baku kaleng. Kandungan aluminium
dalam kaleng bekas juga memberi peluang untuk diolah menjadi bahan koagulan
penjernih air (tawas) atau bahan dalam deodorant. Daya koagulasi
tawas yang di dapat akan di bandingkan dengan tawas dari pasaran dengan metode
turbidimetri. Mengingat banyaknya minuman ringan yang diproduksi dan
menggunakan kemasan kaleng serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan,
maka diperlukan penelitian terhadap kandungan aluminium dari beberapa jenis
kaleng minuman ringan. Kaleng bekas minuman ringan yang mengandung aluminium
selanjutnya diolah menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat:
-Erlenmeyer
-Gelas beaker
-Gelas Ukur
-Gunting
-Amplas
-Batang Pengaduk
-Corong
-Turbidimeter varian DMS 80 UV visible spektrofotometer dan
spektrofometer serapan atom AA-6200
Bahan:
-KOH 20%
-Accu Zur
-Etanol 50%
-AlCl3
-Aquadest
-NaOH 10%
-Soda Api 25%
-3 Kaleng bekas
IV. Cara Kerja
V. Hasil Pengamatan.
Berat alumunium foil : 1
gram
Berat kertas saring : 0,64
gram
Berat tawas yang dihasilkan :
5 gram
Berat tawas murni yang
dihasilkan: 10,4453 gram
Hasil pengujian tawas
Tawas yang dihasilkan ditambahkan
ke dalam limbah dengan kekeruhan 71 FTU dan setelah itu hasil yang di dapatkan
tingkat kekeruhannya menurun menjadi 49 FTU
VI. Pembahasan.
Tawas dapat
dibuat dari logam Al yang kemudian dilarutkan kedalam KOH dan seterusnya
direaksikan dengan asam sulfat yang akan menghaislkan endapan. Pada praktikum
kali ini kita menggunakan Alumunium foil yang sejatinya hanya dapat sigunakan
sekali saja dan setelah itu akan menjadi limbah. Dengan kata lain kita dapat
memanfaatkan limbah alumunium foil menjadi tawas yang bermanfaat dan memiliki
nilai jual di industri.
Proses awal
pembuatan tawas adalah dengan memotong kecil kecil alumunium foil yang hendak
dipakai, dengan tujuan agar reaksi yang terjadi antara alumunium foil dan KOH
berlangsung lebih cepat karena salah satu faktor yang dapat memepengaruhi laju
reaksi adalah luas permukaan. Semakin besar luas permuaan maka semakin cepat
pula reaksi itu berlangsung.
Reaksi antara
Asam sulfat dan alum menghasilkan kalor sebesar 610C. karena reaksi yang
berlangsung adalah reaksi eksoterm.Tawas yang diperoleh kemudian dicuci dengan
larutan etanol yang bertujuan untuk menyerap kelebihan air dan mempercepat
pengeringan.
Tawas yang
berkualitas baik memiliki ciri-ciri berbentuk bongkahan dan tidak berwarna
(bening). Namun hasil tawas yang kami dapatkan pada percobaan tidak
berkarakteristik seperti yang telah disebutkan. Berdasarkan percobaan, tawas
yang terbentuk berbentuk serbuk menggumpal yang berwarna putih.
Dari hasil
pengujian tawas didapatkan penurunan kekeruhan dari limbah sehingga dapat
dikatakan tawas yang dibuat dapat digunakan untuk menjernikan air.
VII. Kesimpulan.
Ø Berat tawas kasar
yang dihasilkan dari praktikum sebesar 5 gram.
Ø Berat tawas
murninya sebesar 10,4453 gram.
Ø Pencucian tawas
dengan menggunakan ethanol berfungsi untuk memurnikan tawas hingga menghasilkan
tawas yang murni.
IX.
IX. DAFTAR
PUSTAKA
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/j-kim-4-2-10.pdf diakses
pada tanggal 28 Oktober 2012
Cotton dan
Wilkinson., 1989, Kimia Anorganik Dasar, Penerbit UI Press, Jakarta, h. 287-288
Achmad, H.,
1992, Kimia Unsur dan Radio Kimia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 85-87